Senin, 01 Agustus 2011

Kelas Kata


Kata dapat digolongkan berdasarkan ciri-cirinya. Berdasarkan maknanya kata dapat digolongkan menjadi dua yaitu kata penuh dan kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang memiliki makna leksikal. Kata tugas adalah kata yang tidak memiliki makna leksikal dan hanya memiliki makna gramatikal.
Kata penuh meliputi verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, dan numeralia. Kata tugas meliputi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, dan partikel penegas.
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), kata digolongkan menjadi verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, numeralia, dan kata tugas.
1.      Verba
Verba sering disebut juga kata kerja. Ciri-ciri verba:
a.       Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Misalnya:
·         Kakek tidur.
·         Ibu tidak menulis novel.
b.      Mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
c.       Tidak diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Misalnya verba mati dan suka tidak dapat menjadi *termati atau *tersuka.
d.      Pada umumnya tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan seperti agak, sangat, dan sekali karena tidak ada bentuk *agak belajar, *sangat tidur, *duduk sekali meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak membanggakan, dan mengharapkan sekali.
2.      Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva sering disebut juga kata keadaan. Ciri-ciri adjektiva:
a.       Adjektiva memberikan makna kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan.  Misalnya pohon tinggi, rumah besar, dan baju merah.
b.      Adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial (keterangan) kalimat yang dapat mengacu ke suatu keadaan. Misalnya: Ibu sedang sakit.
c.       Adjektiva memiliki kemungkinan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya dengan menambahkah kata sangat, agak, lebih, atau paling di depan adjektiva tersebut. Misalnya: sangat besar, agak senang, lebih kecil, paling merah.
3.      Adverbia
Dalam tataran frasa, adverbia merupakan kata yang menerangkan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sementara itu, dalam tataran klausa, adverbia merupakan kata yang menerangkan fungsi-fungsi sintaksis dalam klausa itu. Dalam tataran kalimat, adverbia menerangkan seluruh kalimat. Adverbia sering disebut juga kata keterangan.
Contoh:
·         sangat marah (menerangkan kata marah)
·         Aku mau makan nasi saja. (menerangkan fungsi objek yaitu nasi)
·         Anaknya sudah lima (menerangkan fungsi predikat yaitu lima)
·         Tampaknya ia serius. (menerangkan kalimat)
4.      Nomina
Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Misalnya dosen, tikus, kursi, bahasa. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri:
a.       Menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Misalnya, ayah membelikan adik buku.
b.      Dapat diingkarkan dengan kata bukan seperti bukan buku, bukan rumah, dan tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak karena tidak ada bentuk *tidak buku, *tidak rumah, dsb.
c.       Umumnya diikuti adjektiva, baik secara langsung maupun diantarai kata yang. Misalnya gadis cantik, gadis yang cantik.
5.      Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Misalnya:
·         Kakakku sangat rajin. Ia selalu juara kelas. (pronomina ia mengacu pada kata kakakku)
·         Rumah itu mewah. Lantainya dari marmer. (pronomina -nya mengacu pada rumah)
Pronomina menduduki fungsi sintaksis yang umumnya diduduki oleh nomina seperti  subjek, objek, dan—dalam macam kalimat tertentu—juga predikat. Acuan pronomina dapat berpindah-pindah karena bergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Pronomina sering disebut juga sebagai kata ganti.
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia yaitu:
a.       Pronomina persona
Pronomina persona disebut juga kata ganti orang atau pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang, baik diri sendiri (orang pertama), orang yang diajak bicara (orang kedua), dan orang yang dibicarakan (orang ketiga).
b.      Pronomina penunjuk
Pronomina penunjuk terdiri dari tiga macam yaitu pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, dan pronomina penunjuk ihwal. Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Pronomina penunjuk tempat ialah sini, situ, sana. Pronomina penunjuk ihwal ialah begini, begitu, dan demikian.
c.       Pronomina penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya yang ditanyakan dapat mengenai orang (siapa), barang atau benda (apa), dan pilihan (mana). Sebenarnya masih ada kata penanya lain meskipun bukan pronomina yaitu kapan, bagaimana, berapa, dan mengapa.
6.      Numeralia
Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Ada dua macam numeralia dalam bahasa Indonesia yaitu numeralia pokok/kardinal yang dapat memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” seperti satu, dua, seratus, sejuta, dsb., dan numeralia tingkat/ordinal yang dapat memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?” seperti ketiga, kelima puluh, keseribu, dsb.
7.      Kata Tugas
Kata tugas merupakan kelas kata yang hanya memiliki makna gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal. Kata tugas baru bermakna apabila dirangkai dengan kelas kata lain. Misalnya di rumah, aku dan kau, setelah kita makan, dll. Kata tugas tidak dapat menjadi dasar pembentukan kata lain. Misalnya, nomina tani dapat diturunkan menjadi kata bertani, petani, pertanian, dsb. Namun kata tugas dari tidak dapat menjadi *mendarikan (me[N]-kan + dari), *pendari (pe[N]- + dari), dsb.
Kata tugas dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi lima berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat.
a.       Preposisi
Preposisi atau kata depan menandai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Misalnya, dalam frasa tidur di kamar, preposisi di menyatakan hubungan makna keberadaan antara tidur dan kamar. Menurut Prof. Drs. M. Ramlan, preposisi dalam bahasa Indonesia berjumlah 115 kata. Contoh preposisi antara lain: di, ke, dari, kepada, daripada, untuk, sebab, dsb.
b.      Konjungtor
Konjungtor atau kata hubung atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan kebahasaan yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Misalnya:
·         aku dan kau
·         kenaikan harga serta kemiskinan rakyat
·         Ayah tidur tetapi ibu memasak.
·         Ketika ayah tidur, ibu sedang memasak.
c.       Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Sebenarnya, tanpa interjeksi perasaan pembicara sudah dapat diungkapkan dengan kalimat yang utuh. Namun, keberadaan interjeksi akan memperkuat rasa hati tersebut. Misalnya untuk mengungkapkan betapa indahnya sebuah pemandangan, orang tidak hanya akan berkata, “Indah sekali pemandangan ini”, tetapi orang biasa menggunakan interjeksi amboi sehingga menjadi, “Amboi, indah sekali pemandangan ini.” Dengan kata amboi di atas orang tidak hanya mengungkapkan fakta akan keindahan pemandangan tetapi juga rasa hatinya. Contoh interjeksi misalnya wah, sialan, ayo, nah, dsb.
d.      Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Artikula memiliki tiga kelompok yaitu (1) yang bersifat gelar seperti sang, sri, hang, dan dang, (2) yang mengacu ke makna kelompok seperti para, (3) yang menominalkan seperti si dan yang.
e.       Partikel penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam pertikel penegas yaitu –kah, -lah, -tah, dan pun

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Kata


Belajar bahasa identik dengan belajar kosakata. Kata menjadi unsur yang penting saat mempelajari sebuah bahasa karena manusia berbahasa dengan kata-kata. Tak ada gunanya menguasai tata bahasa sebuah bahasa tetapi tidak menguasai kosakatanya. Para mahasiswa yang menekuni ilmu bahasa tertentu biasanya memilih memperdalam penguasaan perbendaharaan kata terlebih dahulu, baru kemudian tata bahasa menjadi unsur yang melengkapi keterampilan berbahasa.
Berdasarkan sejarahnya pun, kata menjadi fokus pertama penelitian para ahli yang mencoba mengkaji bahasa. Plato menjadi orang-orang pertama yang mencoba mengkaji bahasa dengan memperkenalkan istilah onoma dan rhema yang sekarang dikenal sebagai kata benda dan kata kerja. Selanjutnya masih ada tokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Dyonisius Thrax, Varro, Donatus, Priscia, dll. yang juga mencoba mengkaji bahasa melalui kata.
Konsep kata tak jauh berbeda dengan konsep nama manusia. Pengertian kata tidak dapat dipisahkan dengan pengertian arti atau makna karena kata merupakan satuan kebahasaan yang memiliki makna atau arti. Arti adalah hubungan antara tanda berupa lambang bunyi ujaran dengan hal atau barang yang diwakilinya. Jadi kata merupakan lambang bunyi ujaran tentang suatu hal atau peristiwa. Seperti halnya manusia yang memiliki nama demikian juga benda, konsep, dan peristiwa yang juga memiliki kata sebagai lambang bunyi ujaran yang memiliki arti atau makna.
Oleh karena itu, kata dapat didefinisikan sebagai bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi (Wijana, 2009: 33). Sementara itu menurut Kamus Linguistik, kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem; satuan terkecil dari leksem yang telah mengalami proses morfologis; morfem atau kombinasi morfem yang oleh ahli bahasa dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas (Kridalaksana, 2008: 110).
Dari sekian banyak konsep tentang kata, ada tiga sudut pandang untuk mendefinisikan kata. Pertama, kata dapat dilihat dari posisinya dalam satuan-satuan gramatikal. Kata merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat. Jadi dari pengertian tersebut, kata memiliki ciri (i) berupa satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang bermakna, (ii) terdiri dari satu morfem atau lebih, (iii) dan menjadi unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat. Misalnya, kata aku, akan, makan, roti dalam kalimat Aku akan makan roti masing-masing merupakan kata karena memenuhi ketiga ciri di atas.
Kedua, kata dapat dilihat dari sudut bahasa lisan. Kata merupakan deretan bunyi atau fonem yang mengandung arti yang diucapkan dalam satu kecapan. Jadi dari pengertian tersebut, kata memiliki ciri (i) berupa deretan bunyi, (ii) memiliki makna, (iii) dan diucapkan dalam satu kecapan.
Ketiga, kata dapat dilihat dari sudut pandang bahasa tulis. Kata adalah deretan huruf yang mengandung arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi dengan spasi. Jadi kata memiliki ciri (i) berupa deretan huruf, (ii) bermakna, dan, (iii) dibatasi spasi saat ditulis (Baryadi, 2011: 17—18).
Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian. Kata asal adalah kata yang menjadi unsur pembentuk kata jadian. Dilihat dari jumlah morfemnya, kata asal merupakan kata yang terdiri dari satu morfem atau monomorfemik. Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih atau kata polimorfemik (Ibid: 18). Misalnya, kata lari merupakan kata asal karena terdiri dari satu morfem dan dapat diturunkan menjadi kata berlari (ber- + lari), pelari (pe- + lari), melarikan (me(N)-kan + lari), dsb yang merupakan kata polimorfemik.
Untuk membedakan apakah sebuah kata merupakan kata monomorfemik atau polimorfemik dapat digunakan deretan morfologis yaitu deretan kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan kata. Misalnya, untuk membuktikan kata percaya merupakan kata monomorfemik, dapat digunakan deretan berikut: percaya, mempercayai, mempercayakan, terpercaya, dipercaya. Dari deretan morfologis tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya merupakan kata monomorfemik.
            Kata dapat digolongkan menjadi beberapa kategori kata berdasarkan ciri-cirinya. Ada tiga belas kategori kata dalam bahasa Indonesia yaitu:

1.      Kata kerja
2.      Kata benda
3.      Kata keadaan
4.      Kata keterangan
5.      Kata ganti
6.      Kata tunjuk
7.      Kata tanya
8.      Kata bilangan
9.      Kata sandang
10.  Kata depan
11.  Kata hubung
12.  Kata seru
13.  Kata fatis

Kategori kata di atas dapat dikelompokkan berdasarkan jenis maknanya. Sebagai satuan kebahasaan yang memiliki makna, kata dibedakan menjadi kata yang bermakna leksikal dan bermakna gramatikal. Kata yang bermakna leksikal adalah kata yang menunjuk konsep tentang suatu hal. Misalnya, kata celana menunjuk konsep tentang ‘pakaian luar yang menutup pinggang sampai mata kaki, kadang-kadang juga hanya sampai lutut’ (Ibid: 23). Kata yang bermakna leksikal juga dapat mengisi fungsi-fungsi dalam kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Kata yang dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat disebut juga “kata penuh” (Chaer, 1990: 63). Yang termasuk golongan kata ini antara lain kata kerja, kata benda, kata keadaan, dan kata keterangan, kata ganti, kata tanya, kata tunjuk, dan kata bilangan.
Kata yang bermakna gramatikal adalah kata yang memiliki makna yang timbul karena hubungan kata tersebut dengan satuan gramatikal yang lain. Makna kata tersebut ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat (Alwi dkk, 2003: 287). Misalnya kata di baru bermakna setelah digabungkan dengan kata kampus sehingga menyatakan arti ‘tempat berada’. Kata yang yang mengandung makna gramatikal disebut juga “kata tugas”. Yang termasuk kata tugas antara lain kata sandang, kata depan, kata hubung, kata seru, dan kata fatis.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Baryadi, I Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma.
Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
----------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan  Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
----------. 2008. Kamus Linguistik (Edisi 4). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyono.
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka Araska.

 
Copyright (c) 2010 Media Bahasa Indonesia. Design by WPThemes Expert

Blogger Templates, Free Samples And CNA Certification.