Belajar bahasa identik dengan belajar kosakata. Kata menjadi unsur yang penting saat mempelajari sebuah bahasa karena manusia berbahasa dengan kata-kata. Tak ada gunanya menguasai tata bahasa sebuah bahasa tetapi tidak menguasai kosakatanya. Para mahasiswa yang menekuni ilmu bahasa tertentu biasanya memilih memperdalam penguasaan perbendaharaan kata terlebih dahulu, baru kemudian tata bahasa menjadi unsur yang melengkapi keterampilan berbahasa.
Berdasarkan sejarahnya pun, kata menjadi fokus pertama penelitian para ahli yang mencoba mengkaji bahasa. Plato menjadi orang-orang pertama yang mencoba mengkaji bahasa dengan memperkenalkan istilah onoma dan rhema yang sekarang dikenal sebagai kata benda dan kata kerja. Selanjutnya masih ada tokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Dyonisius Thrax, Varro, Donatus, Priscia, dll. yang juga mencoba mengkaji bahasa melalui kata.
Konsep kata tak jauh berbeda dengan konsep nama manusia. Pengertian kata tidak dapat dipisahkan dengan pengertian arti atau makna karena kata merupakan satuan kebahasaan yang memiliki makna atau arti. Arti adalah hubungan antara tanda berupa lambang bunyi ujaran dengan hal atau barang yang diwakilinya. Jadi kata merupakan lambang bunyi ujaran tentang suatu hal atau peristiwa. Seperti halnya manusia yang memiliki nama demikian juga benda, konsep, dan peristiwa yang juga memiliki kata sebagai lambang bunyi ujaran yang memiliki arti atau makna.
Oleh karena itu, kata dapat didefinisikan sebagai bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi (Wijana, 2009: 33). Sementara itu menurut Kamus Linguistik, kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem; satuan terkecil dari leksem yang telah mengalami proses morfologis; morfem atau kombinasi morfem yang oleh ahli bahasa dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas (Kridalaksana, 2008: 110).
Dari sekian banyak konsep tentang kata, ada tiga sudut pandang untuk mendefinisikan kata. Pertama, kata dapat dilihat dari posisinya dalam satuan-satuan gramatikal. Kata merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat. Jadi dari pengertian tersebut, kata memiliki ciri (i) berupa satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang bermakna, (ii) terdiri dari satu morfem atau lebih, (iii) dan menjadi unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat. Misalnya, kata aku, akan, makan, roti dalam kalimat Aku akan makan roti masing-masing merupakan kata karena memenuhi ketiga ciri di atas.
Kedua, kata dapat dilihat dari sudut bahasa lisan. Kata merupakan deretan bunyi atau fonem yang mengandung arti yang diucapkan dalam satu kecapan. Jadi dari pengertian tersebut, kata memiliki ciri (i) berupa deretan bunyi, (ii) memiliki makna, (iii) dan diucapkan dalam satu kecapan.
Ketiga, kata dapat dilihat dari sudut pandang bahasa tulis. Kata adalah deretan huruf yang mengandung arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi dengan spasi. Jadi kata memiliki ciri (i) berupa deretan huruf, (ii) bermakna, dan, (iii) dibatasi spasi saat ditulis (Baryadi, 2011: 17—18).
Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian. Kata asal adalah kata yang menjadi unsur pembentuk kata jadian. Dilihat dari jumlah morfemnya, kata asal merupakan kata yang terdiri dari satu morfem atau monomorfemik. Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih atau kata polimorfemik (Ibid: 18). Misalnya, kata lari merupakan kata asal karena terdiri dari satu morfem dan dapat diturunkan menjadi kata berlari (ber- + lari), pelari (pe- + lari), melarikan (me(N)-kan + lari), dsb yang merupakan kata polimorfemik.
Untuk membedakan apakah sebuah kata merupakan kata monomorfemik atau polimorfemik dapat digunakan deretan morfologis yaitu deretan kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan kata. Misalnya, untuk membuktikan kata percaya merupakan kata monomorfemik, dapat digunakan deretan berikut: percaya, mempercayai, mempercayakan, terpercaya, dipercaya. Dari deretan morfologis tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya merupakan kata monomorfemik.
Kata dapat digolongkan menjadi beberapa kategori kata berdasarkan ciri-cirinya. Ada tiga belas kategori kata dalam bahasa Indonesia yaitu:
1. Kata kerja
2. Kata benda
3. Kata keadaan
4. Kata keterangan
5. Kata ganti
6. Kata tunjuk
7. Kata tanya
8. Kata bilangan
9. Kata sandang
10. Kata depan
11. Kata hubung
12. Kata seru
13. Kata fatis
Kategori kata di atas dapat dikelompokkan berdasarkan jenis maknanya. Sebagai satuan kebahasaan yang memiliki makna, kata dibedakan menjadi kata yang bermakna leksikal dan bermakna gramatikal. Kata yang bermakna leksikal adalah kata yang menunjuk konsep tentang suatu hal. Misalnya, kata celana menunjuk konsep tentang ‘pakaian luar yang menutup pinggang sampai mata kaki, kadang-kadang juga hanya sampai lutut’ (Ibid: 23). Kata yang bermakna leksikal juga dapat mengisi fungsi-fungsi dalam kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Kata yang dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat disebut juga “kata penuh” (Chaer, 1990: 63). Yang termasuk golongan kata ini antara lain kata kerja, kata benda, kata keadaan, dan kata keterangan, kata ganti, kata tanya, kata tunjuk, dan kata bilangan.
Kata yang bermakna gramatikal adalah kata yang memiliki makna yang timbul karena hubungan kata tersebut dengan satuan gramatikal yang lain. Makna kata tersebut ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat (Alwi dkk, 2003: 287). Misalnya kata di baru bermakna setelah digabungkan dengan kata kampus sehingga menyatakan arti ‘tempat berada’. Kata yang yang mengandung makna gramatikal disebut juga “kata tugas”. Yang termasuk kata tugas antara lain kata sandang, kata depan, kata hubung, kata seru, dan kata fatis.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Baryadi, I Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma.
Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
----------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
----------. 2008. Kamus Linguistik (Edisi 4). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyono.
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka Araska.
0 komentar:
Posting Komentar