Sebuah kata terbentuk melalui sebuah proses pembentukan kata atau proses morfologis. Proses morfologis merupakan proses pengubahan sebuah bentuk satuan gramatikal menjadi sebuah kata yang baru atau dalam linguistik disebut kata jadian.
Ada empat komponen yang terlibat dalam proses morfologis yaitu (1) masukan, (2) proses, (3) keluaran, dan (4) dampak atau akibat. Masukan adalah bahan-bahan pembentukan kata jadian. Bahan-bahan itu disebut bentuk dasar atau satuan gramatikal yang menjadi dasar pembentukan kata jadian. Dalam pengetahuan umum, orang sering menyebut bentuk dasar sebagai kata dasar. Hal ini kurang tepat karena tidak semua bentuk dasar berupa kata.
Proses merupakan cara pembentukan kata baru tersebut. Keluaran merupakan hasil pembentukan kata baru berupa kata jadian. Dampak berkaitan dengan penggunaan kata jadian tersebut dalam satuan kebahasaan yang lebih besar seperti frasa, klausa, dan kalimat. Perhatikan bagan berikut.
Ada tujuh jenis proses morfologis yaitu (1) pengimbuhan, (2) pengulangan, (3) pemajemukan, (4) modifikasi internal, (5) modifikasi kosong, (6) suplesi, dan (7) pemendekan. Pengimbuhan adalah proses melekatkan imbuhan pada bentuk dasar sehingga melahirkan kata jadian berupa kata berimbuhan. Misalnya:
ter- + cantik → tercantik
per-an + kampung → perkampungan
Pengulangan merupakan proses mengulang sebagian atau seluruh bentuk dasar menjadi kata ulang. Misalnya:
bapak → bapak-bapak
pohon → pepohonan
berjalan → berjalan-jalan
Pemajemukan adalah proses memadukan dua bentuk dasar atau lebih menjadi satu kata jadian bernama kata majemuk. Misalnya:
rumah + sakit → rumah sakit
kamar + tidur → kamar tidur
Modifikasi internal adalah pembentukan kata dengan mengubah vokal bentuk dasar. Misalnya:
drink + past → drank
food + plural → feet
Modifikasi kosong adalah pembentukan kata jadian tanpa mengubah bentuk dasar. Misalnya:
cut + past → cut
deer + plural → deer
Suplesi adalah pembentukan kata dengan mengubah total bentuk dasar. Misalnya:
good + ly → well (bukan goodly)
mouse + plural → mice (bukan mouses)
Pemendekan adalah proses membentuk kata jadian dengan menanggalkan sebagian dari bentuk dasar.
Dewan Perwakilan Rakyat → DPR
tidak → tak
dan sebagainya → dsb.
Dari ketujuh proses morfologis di atas, hanya ada empat jenis proses yang dikenal dalam bahasa Indonesia yaitu pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan, dan pemendekan.
Proses morfologis memiliki tiga dimensi yaitu bentuk, fungsi, dan makna. Bentuk berkaitan dengan apakah proses morfologis itu membuat terjadinya perubahan fonologis atau perubahan bunyi pada unsur-unsur pembentuknya. Misalnya, imbuhan di- yang dilekatkan pada bentuk dasar cium akan membentuk kata jadian dicium. Dalam kata jadian dicium tidak terjadi perubahan fonologis. Hal ini akan lebih jelas jika kata dicium dibandingkan dengan imbuhan me(N)- yang dilekatkan pada bentuk dasar cium menjadi mencium. Salah satu unsur pembentuk yaitu me(N)- mengalami perubahan fonologis menjadi meny-. Proses perubahan semacam ini disebut proses morfofonemis.
Dimensi fungsi dalam proses morfologis berkaitan dengan apakah kelas kata pada bentuk dasar berubah setelah mengalami proses morfologis. Misalnya, bentuk dasar tulis merupakan kata kerja. Setelah dilekati imbuhan me(N)-, bentuk dasar tulis berubah menjadi kata jadian menulis. Kata jadian menulis juga merupakan kata kerja. Oleh karena itu, proses morfologis di atas tidak mengubah kelas kata pada bentuk dasar. Fungsi yang demikian disebut fungsi inflektif.
Sementara itu, apabila bentuk dasar sepatu yang merupakan kata benda dilekati imbuhan ber-, akan dihasilkan kata jadian bersepatu yang merupakan kata kerja. Pada proses morfologis tersebut terjadi perubahan kelas kata pada bentuk dasar ke kata jadian. Fungsi yang demikian disebut fungsi derivatif.
Dimensi terakhir adalah makna. Sebagian besar proses morfologis menghasilkan kata jadian yang memiliki makna gramatikal. Satu-satunya proses morfologis yang menghasilkan kata jadian yang memiliki makna leksikal adalah pemajemukan. Misalnya, bentuk dasar anak yang mengalami proses pengulangan berubah menjadi kata jadian anak-anak yang bermakna ‘banyak anak’. Makna tersebut dikatakan bermakna gramatikal karena masih mempertahankan makna ‘anak’ baik pada bentuk dasar maupun pada kata jadian. Sementara itu, bentuk dasar meja dan hijau yang mengalami proses pemajemukan menjadi meja hijau memiliki makna leksikal baru yaitu ‘pengadilan’. Kata jadian meja hijau yang berarti ‘pengadilan’ tidak dapat dikatakan memiliki makna gramatikal karena makna bentuk dasar meja dan hijau berubah total setelah menjadi meja hijau.
Sumber:
Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma.
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Berkenalan Dengan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka Araska.
0 komentar:
Posting Komentar